host gator coupons Materi Drama: Tangis

Senin, 21 November 2011

Tangis


Tangis
Para pelaku           : 1. Fani
Boleh diganti,          2. Inu
lain                               3. Gina
                                      4. Jati
                                      5. Hana

Latar                         :  Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
Fani dan Gina      : (Sedang menangis dengan komposisi suara yang enak didengar)
Hana                        :  (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya) ada apa ini? Fani, Gina, mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tau aku dapat membantu. Ayolah Fani, apa yang terjadi ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu!
Fani dan Gina      :  (Tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.)
Hana                        : Ya, Allah! Duka macam apa yang kau bebankan kepada kedua temanku ini? Apa yang harus kulakukan jika aku tidak tahu sama sekali persoalan semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang berani meragukan. Karena itu kita mempunyai hak istimewa untuk menangis. Namun, apupun persoalannya, tidak wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini sementara kalian berduamenikmati indahnya tangis dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan dan sekaligus mengancam kelangsungan hubungan kita!
Fani dan Gina      : (Tertegun sejenak mendengar kata-keta Hana. Mereka menghentikan tangis, saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisnya.)
Hana                        :  (Membaca tulisan pada kertas itu. Ia termanggu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian ikut menangis pula.)
Inu                            :  (Muncul tergopoh-gopoh) ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah aku akan menghadapinya!  (Mencari batu untuk senjata) tenanglah kalian. Kita mengaku bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin, bodoh, dan tak punya daya.tetapi, itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) berapa kali mereka melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apa lagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekat perlawanan kita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran agar tahu benar-benar bahwa kita bukan barang mainan. (Menangis) baiklah, akan kucari mereka dengan batu di tanganku! (Beranjak pergi)
Hana                        : (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)
Inu                            : (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)
Jati                            : (Muncul, heran elihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu)Inu! Kau apakan mereka?
Inu                            :  Tenang Jati. Tidak ada apa-apa!
Jati                            :  Enak saja ! senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
Inu                            : Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (tertawa)
Jati                            : Kamu mampu ketawa sementara ketiga sahabatmu menangis duka. Di mana perasaamu, Inu?
Inu                            :  Jati, apakah setiap tangis itu duka?
Jati                            : Tetapi, mereka jelas tampak menderita!
Inu                            : (Tertawa) tampak menderita tapi tidak sama dengan nyata menderita!
Jati                            :  Gila! Tidak ku sangka! Aku kini tau mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
Inu                            : Ampun, Jati! Sabar ,Jati! Nih , Baca! (memberikan selembar kertas)
Jati                            :  (Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) maaf, kami sedang akting menangis, jangan ganggu, ya! Trim’s!
                                      Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!
                                      (Semua tertawa terbahak-bahak sementara Jati salah tingkah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar